Senin, 17 Maret 2014

Cerpen “MENJADI YANG PERTAMA”



Karya : Ayu Anggraine Mulia Toding
Perkenalkan, aku Erika. Anak Pertama dari sebuah keluarga sederhana. Sekarang aku duduk di kelas 3 SMP. Aku sangat menikmati masa putih biruku ini, masa di mana teman adalah segalanya buatku. Pada saat itu, aku masih sangat lugu, dan tidak tahu apa-apa tentang cinta, apalagi pacaran.
Pada masa putih biru itu, aku memang mempunyai banyak sekali idola. Kakak-kakak SMA yang sering lewat di depan sekolah ku, sering menjadi bintang buat kami para remaja SMP untuk di idolakan. Tak jarang kami jadi salah tingkah, berteriak memanggil idola, kemudian bersembunyi jika salah satu dari mereka berbalik.
Dari sekian banyak teman SMPku, ada  satu yang sangat sering bersamaku kemana saja, kapan saja, dan di mana saja. Namanya Anggi. Temanku yang satu ini belum lama bersama dengan kami. Dia pindahan dari luar kota. Anggi mempunyai banyak sekali fans laki-laki. Tak heran jika dia sangat sering gonta-ganti pacar. Sebagai ukuran anak SMP, aku pikir Anggi sudah terlalu dewasa dalam menjalin hubungan.
Aku bukan cewek yang jelek, dan juga bukan cewek yang cantik. Setidaknya memenuhi ukuran standarlah. Seringkali Anggi mempengaruhi aku untuk mengikuti jejaknya yaitu pacaran. Tapi sungguh, pada saat itu aku tidak pernah bahkan tidak mau berpikir  tentang hal tersebut. Bagiku bersama dengan teman-teman adalah hal yang sangat indah dan tak ingin aku lewatkan.
Suatu hari, aku dan beberapa teman yang lain bermain ke rumah Anggi sepulang sekolah. Rumah Anggi bersebelahan dengan kost-kostan yang sebagian besar penghuninya adalah anak sekolahan.banyak kegiatan yang aku lakukan hari itu bersama dengan teman-teman. Tetapi, di balik semua itu, tanpa sepengetahuanku. Ada seseorang yang terus mengawasi gerak-gerikku.
Waktupun terus berlalu. Hingga suatu pagi, Anggi berlari kecil mengejarku sebelum aku melewati gerbang sekolah.
“Erika, kamu dapat salam tuhh” Kata Anggi menggoda
“Salam??? Hahaha masa sihh??? Kok bisa?? Dari siapa??” tanyaku tak percaya
“Ada dehh.. pokoknya kamu nggak bakalan nyesel kenal ama dia” kata Anggi berusaha meyakinkanku
Setelah kejadian itu, ada sebuah nomor misterius yang sering menghubungiku baik itu menelfon ataupun mengirim sms. Usut demi usut, ternyata orang inilah pengemar rahasiaku selama ini. Orang yang diam-diam suka memperhatikan gerak-gerikku saat berada di rumah Anggi. Dia, tidak lain adalah Wardi. Anak kelas 3 dari SMAN 3.
Pada suatu hari, seusai ujian semester di sekolah Anggi mengajakku ke rumahnya. Katanya sihh cuma sekedar jalan-jalan semata. Tetapi, ketika aku ingin mengajak seorang teman, Anggi malah melarang. Pada saat itu, aku heran, tapi tak sempat curiga akan tindakan Anggi. Sepanjang perjalanan ke rumah Anggi. Kami bersenda-gurau, hingga tak terasa kami sudah tiba di depan lorong rumah Anggi.
Di lorong tersebut sudah menunggu dua cowok yang memakai seragam SMA. Setelah lama berpikir akhirnya aku sadar. Ohh astaga… ternyata Anggi dan seorang temannya berusaha untuk mencomblangkan aku dengan Wardi. Setelah menyusun rencana mereka berdua dengan sengaja mempertemukan kami di tengah lorong terrsebut. Tentunya perasaanku saat itu campur aduk antara ingin memarahi Anggi, tapi malu karena berada di depan Wardi dan temannya.
Para makComblang kemudian meninggalkan kami berdua, aku hanya terdiam menunduk dan malu tak tahu harus berkata apa. Di tambah lagi Wardi yang juga ikut terdiam mungkin juga malu. Wardi yang aku temui pada saat itu memang tidak membuatku tertarik sama sekali. Wardi terbilang orang yang pendek untuk ukuran anak kelas 3 SMA dengan tahi lalat di atas bibirnya yang menambah manis pesona wajahnya. Karena tak tahu harus berbuat apa, Wardi menawari aku tumpangan. Ia ingin mengantar aku pulang ke Rumah. Awalnya aku menolak karena takut di lihat keluarga atau tetangga. Maklum saja waktu itu, aku sama sekali belum pernah di antar pulang oleh seorang cowok. Tapi, karena dia mendesak. Akhirnya, jadi pula aku di antar olehnya. Di tengah perjalanan, Wardi menyatakan cintanya. Tentu saja aku kaget. Dan tidak  mampu berkata apa-apa.
***
Tak selang beberapa lama, akupun berpacaran dengan Wardi. Ternyata, Wardi tak sesederhana kelihatanya. Di balik semua itu, ternyata dia adalah anak pintar dan sering menjadi juara umum di sekolahnya, juga sering mengikuti dan menjuarai berbagai lomba. Ada rasa bangga juga, ternyata pacar pertamaku adalah anak yang berprestasi. Paling asyiknya lagi, dia suka membantu atau mengajariku jika ada soal atau tugas sekolah yang tidak aku mengerti.
Hal yang menarik dari kami berdua yaitu, Erika adalah PACAR PERTAMA Wardi. Dan Wardi adalah PACAR PERTAMA Erika. Menurut kami pada saat itu itu adalah hal istimewa yang sangat jarang terjadi.
Hubungan kamipun berjalan lancar dan baik-baik saja setiap harinya. Cinta yang pada awalnya biasa-biasa saja, kini makin lama makin bertambah besar. Hingga pada suatu hari, mama mengetahui hubungan kami. Tentu saja mama sangat marah. Dan menyuruhku untuk mengakhiri hubunganku dengan Wardi.
Aku sangat bingung. Tidak tahu apa yang harus aku perbuat. Tidak mungkin aku mengakhirinya begitu saja tanpa alasan yang jelas. Tetapi, tekanan dari mama membuatku nekat. Seminggu sebelum UN aku memberanikan diri mengutarakan maksudku kepada Wardi. Dengan alasan aku mau focus ujian dulu. Walaupun berat hati, bahkan sampai menangis akhirnya Wardi mengerti juga. Hubungan kamipun berakhir sampai saat itu.
Untuk menghilangkan sakit hati juga kekecewaanku, akupun berusaha menghindar dari Wardi. Setiap smz ataupun telfonnya pun jarang aku balas. Kasihan  juga sihh, karena sebenarnya Wardi tidak salah apa-apa. Terkadang aku menjadi kasar kepadanya. Tidak ada maksud untuk berbuat seperti itu, semua itu kulakukan agar Wardi bisa membenci dan melupakan ku dengan segera. Tapi, Wardi memang tidak pernah menyerah. Berbagai cara ia lakukan. Mulai dari sering mengirimi pesan, sampai nekat mendatangiku ke rumah.
Rasa Kasihan ku pun timbul. Walau tak dapat ku ungkapkan. Namun sebenarnya aku masih sangat mencintainya.
***
Pada akhirnya, semua kembali normal seperti sedia kala. Walaupun hubungan kami sudah tak dapat di lanjutkan lagi. Karena kami sudah mempunyai pacar masing-masing. Mama yang dahulu menentangpun kini mengerti kalau Wardi itu anak yang baik dan merekapun menjadi semakin akrab. Walaupun bukan dekat sebagai pacar anaknya tentunya. Status tak menjadi masalah bagi kami untuk saling bersilaturahmi. Yang penting adalah bagaimana kita bisa bersikap lebih dewasa dan lebih bijaksana menghadapi kenyataan yang ada.
Wardi, terimahkasih telah MENJADI YANG PERTAMA buatku J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar