Karya : Ayu Anggraine Mulia
Toding
Perkenalkan,
aku Erika. Anak Pertama dari sebuah keluarga sederhana. Sekarang aku duduk di
kelas 3 SMP. Aku sangat menikmati masa putih biruku ini, masa di mana teman
adalah segalanya buatku. Pada saat itu, aku masih sangat lugu, dan tidak tahu
apa-apa tentang cinta, apalagi pacaran.
Pada
masa putih biru itu, aku memang mempunyai banyak sekali idola. Kakak-kakak SMA
yang sering lewat di depan sekolah ku, sering menjadi bintang buat kami para
remaja SMP untuk di idolakan. Tak jarang kami jadi salah tingkah, berteriak
memanggil idola, kemudian bersembunyi jika salah satu dari mereka berbalik.
Dari
sekian banyak teman SMPku, ada satu yang
sangat sering bersamaku kemana saja, kapan saja, dan di mana saja. Namanya
Anggi. Temanku yang satu ini belum lama bersama dengan kami. Dia pindahan dari
luar kota. Anggi mempunyai banyak sekali fans laki-laki. Tak heran jika dia
sangat sering gonta-ganti pacar. Sebagai ukuran anak SMP, aku pikir Anggi sudah
terlalu dewasa dalam menjalin hubungan.
Aku
bukan cewek yang jelek, dan juga bukan cewek yang cantik. Setidaknya memenuhi
ukuran standarlah. Seringkali Anggi mempengaruhi aku untuk mengikuti jejaknya
yaitu pacaran. Tapi sungguh, pada saat itu aku tidak pernah bahkan tidak mau
berpikir tentang hal tersebut. Bagiku
bersama dengan teman-teman adalah hal yang sangat indah dan tak ingin aku
lewatkan.
Suatu
hari, aku dan beberapa teman yang lain bermain ke rumah Anggi sepulang sekolah.
Rumah Anggi bersebelahan dengan kost-kostan yang sebagian besar penghuninya
adalah anak sekolahan.banyak kegiatan yang aku lakukan hari itu bersama dengan
teman-teman. Tetapi, di balik semua itu, tanpa sepengetahuanku. Ada seseorang
yang terus mengawasi gerak-gerikku.
Waktupun
terus berlalu. Hingga suatu pagi, Anggi berlari kecil mengejarku sebelum aku
melewati gerbang sekolah.
“Erika,
kamu dapat salam tuhh” Kata Anggi menggoda
“Salam???
Hahaha masa sihh??? Kok bisa?? Dari siapa??” tanyaku tak percaya
“Ada
dehh.. pokoknya kamu nggak bakalan nyesel kenal ama dia” kata Anggi berusaha
meyakinkanku
Setelah
kejadian itu, ada sebuah nomor misterius yang sering menghubungiku baik itu
menelfon ataupun mengirim sms. Usut demi usut, ternyata orang inilah pengemar
rahasiaku selama ini. Orang yang diam-diam suka memperhatikan gerak-gerikku
saat berada di rumah Anggi. Dia, tidak lain adalah Wardi. Anak kelas 3 dari
SMAN 3.
Pada
suatu hari, seusai ujian semester di sekolah Anggi mengajakku ke rumahnya.
Katanya sihh cuma sekedar jalan-jalan semata. Tetapi, ketika aku ingin mengajak
seorang teman, Anggi malah melarang. Pada saat itu, aku heran, tapi tak sempat
curiga akan tindakan Anggi. Sepanjang perjalanan ke rumah Anggi. Kami
bersenda-gurau, hingga tak terasa kami sudah tiba di depan lorong rumah Anggi.
Di
lorong tersebut sudah menunggu dua cowok yang memakai seragam SMA. Setelah lama
berpikir akhirnya aku sadar. Ohh astaga… ternyata Anggi dan seorang temannya
berusaha untuk mencomblangkan aku dengan Wardi. Setelah menyusun rencana mereka
berdua dengan sengaja mempertemukan kami di tengah lorong terrsebut. Tentunya
perasaanku saat itu campur aduk antara ingin memarahi Anggi, tapi malu karena
berada di depan Wardi dan temannya.
Para
makComblang kemudian meninggalkan kami berdua, aku hanya terdiam menunduk dan
malu tak tahu harus berkata apa. Di tambah lagi Wardi yang juga ikut terdiam
mungkin juga malu. Wardi yang aku temui pada saat itu memang tidak membuatku
tertarik sama sekali. Wardi terbilang orang yang pendek untuk ukuran anak kelas
3 SMA dengan tahi lalat di atas bibirnya yang menambah manis pesona wajahnya.
Karena tak tahu harus berbuat apa, Wardi menawari aku tumpangan. Ia ingin
mengantar aku pulang ke Rumah. Awalnya aku menolak karena takut di lihat
keluarga atau tetangga. Maklum saja waktu itu, aku sama sekali belum pernah di
antar pulang oleh seorang cowok. Tapi, karena dia mendesak. Akhirnya, jadi pula
aku di antar olehnya. Di tengah perjalanan, Wardi menyatakan cintanya. Tentu
saja aku kaget. Dan tidak mampu berkata
apa-apa.
***
Tak
selang beberapa lama, akupun berpacaran dengan Wardi. Ternyata, Wardi tak
sesederhana kelihatanya. Di balik semua itu, ternyata dia adalah anak pintar
dan sering menjadi juara umum di sekolahnya, juga sering mengikuti dan
menjuarai berbagai lomba. Ada rasa bangga juga, ternyata pacar pertamaku adalah
anak yang berprestasi. Paling asyiknya lagi, dia suka membantu atau mengajariku
jika ada soal atau tugas sekolah yang tidak aku mengerti.
Hal
yang menarik dari kami berdua yaitu, Erika adalah PACAR PERTAMA Wardi. Dan
Wardi adalah PACAR PERTAMA Erika. Menurut kami pada saat itu itu adalah hal
istimewa yang sangat jarang terjadi.
Hubungan
kamipun berjalan lancar dan baik-baik saja setiap harinya. Cinta yang pada
awalnya biasa-biasa saja, kini makin lama makin bertambah besar. Hingga pada
suatu hari, mama mengetahui hubungan kami. Tentu saja mama sangat marah. Dan
menyuruhku untuk mengakhiri hubunganku dengan Wardi.
Aku
sangat bingung. Tidak tahu apa yang harus aku perbuat. Tidak mungkin aku
mengakhirinya begitu saja tanpa alasan yang jelas. Tetapi, tekanan dari mama
membuatku nekat. Seminggu sebelum UN aku memberanikan diri mengutarakan
maksudku kepada Wardi. Dengan alasan aku mau focus ujian dulu. Walaupun berat
hati, bahkan sampai menangis akhirnya Wardi mengerti juga. Hubungan kamipun
berakhir sampai saat itu.
Untuk
menghilangkan sakit hati juga kekecewaanku, akupun berusaha menghindar dari
Wardi. Setiap smz ataupun telfonnya pun jarang aku balas. Kasihan juga sihh, karena sebenarnya Wardi tidak salah
apa-apa. Terkadang aku menjadi kasar kepadanya. Tidak ada maksud untuk berbuat
seperti itu, semua itu kulakukan agar Wardi bisa membenci dan melupakan ku
dengan segera. Tapi, Wardi memang tidak pernah menyerah. Berbagai cara ia
lakukan. Mulai dari sering mengirimi pesan, sampai nekat mendatangiku ke rumah.
Rasa
Kasihan ku pun timbul. Walau tak dapat ku ungkapkan. Namun sebenarnya aku masih
sangat mencintainya.
***
Pada
akhirnya, semua kembali normal seperti sedia kala. Walaupun hubungan kami sudah
tak dapat di lanjutkan lagi. Karena kami sudah mempunyai pacar masing-masing.
Mama yang dahulu menentangpun kini mengerti kalau Wardi itu anak yang baik dan
merekapun menjadi semakin akrab. Walaupun bukan dekat sebagai pacar anaknya
tentunya. Status tak menjadi masalah bagi kami untuk saling bersilaturahmi.
Yang penting adalah bagaimana kita bisa bersikap lebih dewasa dan lebih
bijaksana menghadapi kenyataan yang ada.
Wardi,
terimahkasih telah MENJADI YANG PERTAMA buatku J