Pada
zaman dahulu kala, di dalam sebuah hutan yang dinamakan hutan Ta’pan Kila’,
hiduplah seorang anak perempuan yang bernama Yu-an. Karena hutan Ta’pan Kila’
merupakan hutan yang sangat lebat, maka tak seorangpun tinggal di daerah ini,
kecuali Yu-an. Meskipun begitu, Yu-an tidak pernah merasa kesepian. Karena di
dalam hutan ini, ia mempunyai banyak teman-teman hewan yang akan selalu
menemaninya. Yu-an adalah gadis yang cantik jelita dan baik hati.
Setiap
hari Yu-an bekerja di ladang. Dan jika punya waktu luang, ia biasanya
mengunakan waktu luang tersebut untuk menenun. Karena Yu-an menenun dengan
sepenuh hati, hasil tenunan Yu-an sangatlah inda. Bukan hanya hasil tenunannya,
tetapi hasil-hasil ladangnya jua sangat memuaskan. Dalam berladang Yu-an di
bantu oleh hewan-hewan hutan. Bahkan kadang saat panen Yu-an mengundang
hewan-hewan hutan untuk berpesta bersamanya.
Suatu
hari Yu-an berpikir tentang orang tuanya. Didalam hatinya bertanya-tanya “
siapakah orang tuaku? Dan di manakah mereka sekarang?”. Semakin hari,
pertanyaannya itiu membuatnya semakin
gelisah. Karena tak kuat menahannya sendiri, Yu-an menceritakannya kepada
teman-temannya. Mendengar cerita Yu-an hewan-hewanhutan teringat akan sebuah
peristiwa kedatangan Yu-an kedalam hutan itu.
Mewakili
teman-teman yang lain, seekor kera menceritakan kejadian yang terjadi
“bertahun-tahun yang lalu, terjadi hujan yang amat deras. Kilatmenyambar di
sana-sini. Tiba-tiba dari atas langit muncul seorang penyihir yang mengendong
seorang bayi. Penyihir itu masuk ke hutan Ta’pan Kila’ dan meninggalkan bayi
yang menangis itu sendirian di dalam hutan. Karena suara bayi itu sangat keras,
seemua inatangpun keluar dari tempat berteduhnya. Di sana mereka melihat
seorang bayi yang menangis. Karena merasa kasian, binatang-binatang membuatkan sebuah gubuk untuk bayi tersebut.
Dan dengan penuh kasih saying membesarkan bayi itu bersama-sama.
Pada
suatu hari, hewan-hewan sadar bahwa bayi yang mereka rawat selama ini bukan
bayi biasa. Karena dilenganannya bergambar sebuah mahkota yang sangat indah.
Dari gamar itu dapat dilihat bahwa bayi itu adalah bayi raja. Mendengar
cerita-cerita temannya,Yu-an merasa ada semangat baru yang lahir dalam dirinya.
Bahkan Yu-an memutuskan untuk pergi mengembara beberapa waktu untuk mencari
orang tuanya.
Meskipun
teman-teman Yu-an tidak setuju atas keputusan yang diambil temannya itu dan
berusaha untuk melarangnya, tapi mereka tak dapat berbuat apa-apa karena
keputusan Yu-an sudah bulat.
Saat
itu juga, Yu-an segera kembali ke gubuknya untuk bersiap-siap. Ia menyediakan
segala sesuatu yang akan ia bawa. Termasuk hasil-hasil tenunannya selama ini.
Keesokan harinya Yu-an berangkat mengembara. Hewan-hewan hutan mengantarkannya
keluar dari hutan Ta’pan Kila’. Walaupun merasa sangat sedih harus berpisah
dengan teman-temannya, tapi bagaimanapun juga ia harus pergi mencari orang
tuanya.
Yu-an
terus berjalan ke arah Selatan, hingga suatu hari ia menemukan sebuah desa.
Yu-an memutuskan untuk menetap sementara waktu di sana. Dan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, Yu-an menjual hasil kain tenunannya yang selama ini di tenun di Ta’pan Kila’.
Karena kainnya bagus, jualan Yu-an selalu laku dengan harga yang tinggi.
Kain
tenunan Yu-an sangat terkenal keindahannya. Sampai suatu saat berita itu sampai
ke telinga pangeran Sa’san. Pangeran Sa’san adalah seorang pemuda yang gagah
anak dari raja yang berkuasa di tempat Yu-an n menetap. Karena penasaran akan
berita yang di dengarnya, pangeran Sa’san memutuskan untuk membeli kain yang
terkenal keindahannya itu.
Tapi,
apa yang terjadi? Pangeran Sa’san yang
tadinya tertarik akan keindahan kain itu, berubah pikiran setelah
melihat Yu-an yang cantik jelita. Ia jatuh cinta ke pada Yu-an. Di lain pihak
orang tua Yu-an sangat cemasmemikirkan anaknya yang telah lama hilang. Ternyata
orang tua Yu-an dalah raja dan ratu dari Khayangan. Dan penyihir yang membawa Yu-an ke dalam hutan Ta’pan
Kila’ adalah oran gyang menculik Yu-an dari orang tuanya. Penyihir itu
meninggalkan Yu-an di dalam hutan Ta’pan Kila’karena penyihir itu takut akankilat
yang sewaktu itu menyambar di sana-sini.
Orang
tua Yu-an turun ke bumi. Mereka menyamar menjadi manusia biasa ketika mereka
mencari Yu-an. Pada suatu hari mereka mendengar berita keindahan tenunan
seorang gadis yang itda lain dalah Yu-an anak mereka sendiri. Mereka kemudian
berpikir untuk membeli kain tersebut sebagai oleh-oleh untuk di bawa ke
Khayangan.
Ketika
raja dan ratu Khayangan membeli kain tersebut, mereka melihat sebuah gambar
mahkota di lengan kanan Yu-an. Mereka yakin bahwa Yu-an adalah anak mereka yang
telah mereka cari selama ini. Tapi raja dan ratu Khayangan belum memberitahu
hal itu kepada Yu-an. Mereka ingin mencari waktu yang tepat untuk mengatakan
semua itu.
Karena
sudah mengetahui siapa anaknya dan di mana anaknya berada, raja dan ratu
kembali ke Khayangan. Mereka mengawasi dan menjaga Yu-an dari Khayangan.
Di
bumi Yu-an semakin berlimpah hartanya. Harta-harta Yu-an itu tidak lain berasal
dari hasil penjualan tenunannya selama ini. Selama berjualan tenunan, Yu-an
telah jatuh hati keapda seorang pelanggan setianya. Seorang pemuda gagah berani
yang ternyata juga punya rasa terhadap Yu-an. Orang itu tidak lain adalah
pangeran sa’san yang jatuh hati kepada Yu-an sejak pertama kali melihatnya.
Melihat
hal itu orang tua Yu-an menjadi kaget
karena peraturan dari Khayangan tidak memperbolehkan keturunan Khayangan
berhubungan apalagi sampai jatuh cinta denga manusia bumi. Mereka pun
memutuskan untuk segera membawa kembali Yu-an ke Khayangan.
Yu-an
sangat senang, ia bisa bertemu kembali dengan orang tuanya tanpa harus bersusah
payah mencari mereka. Tapi, di lain pihak ia menjadi sedih setelah mendengar
cerita dan penjelasan dari orang tuanya bahwa Yu-an tidak bisa berhubungan
dengan Pangeran Sa’san.
Mengetahui
kesedihan anaknya yang masih berat untuk berpisah dengan pangeran sa’san, raja
dan ratu bersepakat untuk member kesempatan Yu-an tinggal beberapa hari lagi di
bumi. Kesempatan itu digunakan Yu-an untuk memberikan salam perpisahan keapda
pangeran Sa’san dan juga tak lupa mereka saling menukarkan barang kenangan
masing-masing. Derai air mata tak dapat di bendung lagi ketika Yu-an dan Sa’san
menegetahui mereka tak dapat bersatu dan akan berpisah. Tapi, mereka tak dapat
berbuat apa-apa dan hanya dapat menerima kenyataan bahwa mereka tidak
ditakdirkan untuk bisa hidup bersama.
Beberapa
hari kemudian, Yu-an dijemput oleh ayah dan ibunya. Dan pada akhirnya Yu-an pun
kembali ke Khanyangan hidup bahagia bersama dengan kedua orang tuanya.
Mulai
saat itu, Pangeran Sa’san hidup sendiri di bumi. Ia tidak pernah tertarik lagi
dengan gadis atau perempuan manapun yang dijodohkan orang tuanya untuknya.
Hatinya masih hanya untuk Puteri Yu-an tercinta. Kemanapun pangeran Sa’san
pergi ia selalu membawa barang peninggalan Yu-an yang di berikan kepadanya.
Konon katanya, barang pemberian puteri Yu-an itu masih ada sampai sekarang.
Tapi, tak seorangpun tau ada di mana. Hanya pangeran Sa’san yang atahu di mana
ia menyembunyikan barang peniggalan puteri Yu-an itu. Bahkan sampai saat ini.
Karya: Ayu Anggraine Mulia Toding
Tidak ada komentar:
Posting Komentar