Sari, sebut saja namaku begitu. Aku pindahan dari Jawa yang
sekarang bersekolah di SMAN 1 Balikpapan. Awalnya aku sempat kecewa, kenapa aku
harus pindah dari Jawa ke tempat ini. Padahal aku sudah nyaman tinggal bersama
embah di sana. Tapi apa boleh buat, aku tidak boleh egois dan hanya memikirkan
diriku sendiri. Aku harus tinggal bersama kedua orang tuaku di sini untuk
mengurangi beban embah ysng sudah tidak mudah lagi untuk terus mengurusiku.
Saat aku di Jawa, aku bukanlah murid yanh begitu pandai.
Tapi, ketika aku sudah sampai di sini aku heran karena guru-guru baruku malah
memuji nilai yang aku dapatkan dari sekolah asalku. Itu cukup membuktikan bahwa
kualitas pendidikan yang ada di sini sangat berbeda jauh dari tempatku dulu
berada.
Di Sekolah baru ini aku aktif di organisasi siswa inter
sekolah atau biasa disebut OSIS. Dan aku menjabat sebagai wakil ketua OSIS.
Ketua OSIS ku adalah seorang cowok yang bernama Adi. Adi bukanlah tipe orang
yang asyik untuk di ajak bercanda. Dia orang yang selalu serius tapi juga
jenius. Tak heran jika dia di angkat menjadi ketua OSIS.
Karena banyaknya tugas dan kegiatan OSIS, setiap saat aku
selalu bersama dengan Adi. Hal tersebut membuat teman dekatku sering marah
kepadaku.
“Sari.. kapan sih kamu bisa gabung sama kita lagi? Kamu itu
beda sekarang, gabungnya sama si Adi terus” kata teman-temanku setiap saat
Agak sedih juga mendengar kata-kata temanku itu. Tapi aku
tak dapat berbuat apa-apa.
“Lagi banyak tugas OSIS teman, maaf yah” itulah yang sering
kuucapkan untuk membela diri dari teman-temanku
Hari berganti hari, aku dan Adi pun semakin dekat karena
banyaknya tugas dan kegiatan OSIS yang harus dilakukan. Mungkin hal itulah yang
membuat Adi menjadi sangat berbeda kepadaku. Dia menjadi lebih perhatian dan
sangat over protektif. Saking dekatnya dia bahkan sering memeriksa hpku, sering
cemburu ketika aku dekat dengan orang lain, dan bahkan sering sekali
mencuri-curi perhatianku
Tentu saja aku heran dengan sifat Adi yang seperti ini.
“Apa Adi suka sama aku yah? Tanyaku dalam hati. Tapi aku
tak pernah menanyakan hal itu kepadanya. Sebenarnya, jika dia menyukaiku pun
aku senang. Karena sebenarnya aku juga suka padanya.
Tapi, Adi tidak pernah menyatakan semua itu. Ia hanya
memberikanku harapan dengan terus bersikap baik padaku. Aku menunggu dan terus
menunggu. Hingga sutu hari aku mendengar bahwa ternyata Adi masih belum bisa
move on dari mantanya yang pertama. Walupun mantanya itu sudah berkali-kali
gonta-ganti pacar. Tapi dia tetap setia dan tetap tidak bisa move on.
“Hha? Di belum bisa move on?” Aku kaget
“Terus apa arti semua sikap baiknya selama ini?” Akupun
bertanya-tanya dalam hati
Ada perasaan kecewa dan juga marah ketika mendengar semua
itu. Dan karena hal itu aku terus berusaha untuk selalu menjauh darinya. Tapi
semakin aku berusaha untuk menjauh. Semakin mendekat pulanAdi kepadaku. Aku
sering terlena dan juga tergoda akan kebaikannya padaku. Tetapi aku tetap
mengendalikan diriku dan tidak mau lagi tergoda oleh omongan atau perhatiannya.