Senin, 22 Desember 2014

Keuangan dan Perbankan "POLNES"

seragam dinas kami, anak keuangan dan perbankan angkatan pertama 2014 di Politeknik Negeri Samarinda

kebersamaan anak Keuangan dan Perbankan saat Bina Akrab di stadion Tenggarong

di hamparan rumput hijau stadion tenggarong

Dosen akuntansi dan Direktur Politeknik Negeri Samarinda saat peresmiaan angkatan pertama jurusan Keuangan dan Perbankan Politeknik Negeri Samarinda

nah, ini dia wajahwajah cantik dan ganteng angkatan pertama jurusan Keuangan dan Perbankan Politeknik Negeri Samarinda bersama dengan Kepala jurusan yang pertama bapak Chairil

Kamis, 11 Desember 2014

Cerita pendek “KAMU PHP-in AKU”



Sari, sebut saja namaku begitu. Aku pindahan dari Jawa yang sekarang bersekolah di SMAN 1 Balikpapan. Awalnya aku sempat kecewa, kenapa aku harus pindah dari Jawa ke tempat ini. Padahal aku sudah nyaman tinggal bersama embah di sana. Tapi apa boleh buat, aku tidak boleh egois dan hanya memikirkan diriku sendiri. Aku harus tinggal bersama kedua orang tuaku di sini untuk mengurangi beban embah ysng sudah tidak mudah lagi untuk terus mengurusiku.
Saat aku di Jawa, aku bukanlah murid yanh begitu pandai. Tapi, ketika aku sudah sampai di sini aku heran karena guru-guru baruku malah memuji nilai yang aku dapatkan dari sekolah asalku. Itu cukup membuktikan bahwa kualitas pendidikan yang ada di sini sangat berbeda jauh dari tempatku dulu berada.
Di Sekolah baru ini aku aktif di organisasi siswa inter sekolah atau biasa disebut OSIS. Dan aku menjabat sebagai wakil ketua OSIS. Ketua OSIS ku adalah seorang cowok yang bernama Adi. Adi bukanlah tipe orang yang asyik untuk di ajak bercanda. Dia orang yang selalu serius tapi juga jenius. Tak heran jika dia di angkat menjadi ketua OSIS.
Karena banyaknya tugas dan kegiatan OSIS, setiap saat aku selalu bersama dengan Adi. Hal tersebut membuat teman dekatku sering marah kepadaku.
“Sari.. kapan sih kamu bisa gabung sama kita lagi? Kamu itu beda sekarang, gabungnya sama si Adi terus” kata teman-temanku setiap saat
Agak sedih juga mendengar kata-kata temanku itu. Tapi aku tak dapat berbuat apa-apa.
“Lagi banyak tugas OSIS teman, maaf yah” itulah yang sering kuucapkan untuk membela diri dari teman-temanku
Hari berganti hari, aku dan Adi pun semakin dekat karena banyaknya tugas dan kegiatan OSIS yang harus dilakukan. Mungkin hal itulah yang membuat Adi menjadi sangat berbeda kepadaku. Dia menjadi lebih perhatian dan sangat over protektif. Saking dekatnya dia bahkan sering memeriksa hpku, sering cemburu ketika aku dekat dengan orang lain, dan bahkan sering sekali mencuri-curi perhatianku
Tentu saja aku heran dengan sifat Adi yang seperti ini.
“Apa Adi suka sama aku yah? Tanyaku dalam hati. Tapi aku tak pernah menanyakan hal itu kepadanya. Sebenarnya, jika dia menyukaiku pun aku senang. Karena sebenarnya aku juga suka padanya.
Tapi, Adi tidak pernah menyatakan semua itu. Ia hanya memberikanku harapan dengan terus bersikap baik padaku. Aku menunggu dan terus menunggu. Hingga sutu hari aku mendengar bahwa ternyata Adi masih belum bisa move on dari mantanya yang pertama. Walupun mantanya itu sudah berkali-kali gonta-ganti pacar. Tapi dia tetap setia dan tetap tidak bisa move on.
“Hha? Di belum bisa move on?” Aku kaget
“Terus apa arti semua sikap baiknya selama ini?” Akupun bertanya-tanya dalam hati
Ada perasaan kecewa dan juga marah ketika mendengar semua itu. Dan karena hal itu aku terus berusaha untuk selalu menjauh darinya. Tapi semakin aku berusaha untuk menjauh. Semakin mendekat pulanAdi kepadaku. Aku sering terlena dan juga tergoda akan kebaikannya padaku. Tetapi aku tetap mengendalikan diriku dan tidak mau lagi tergoda oleh omongan atau perhatiannya.

Kamis, 18 September 2014

Cerpen “My cousin is my enemy”




“Mama… aku lulus” kataku saat membuka pintu depan rumah dan berlari memeluk mama dari belakang, yang sedari  tadi lagi asyik memasak makanan siang untuk kami semua.
“Oh yahh.. bagus dong nak. Siapa dulu dong mamanya. Ngak mungkin lahh anak mama yang cantik ini tidak lulus” jawab mama sambil terus mengaduk-aduk tumis kangkung buatannya
“Ma, laperr” kataku manja
“ganti baju dulu dong Cya” kata mama lagi.
C Y A . . .  yes,it is my name. saat ini aku baru saja menyelasaikan pendidikanku di bangku SMA. Senang rasanya bisa berteriak gembira karena berhasil lulus. Walaupun, harus bersedih berpisah bersama semua classmate dan soulmateku selama ini di SMA.
“Mama, jadi dong aku kuliah di Jakarta” tanyaku ke mama sambil mengambil makanan. Sekedar untuk memberitahu, mama aku ini dulunya orang Jakarta. Tapi, berhubung papa tugasnya di Makassar jadi sebagai istri yang baik *Asssyekk mama juga ikutan pindah ke Makassar. Selama ini aku pengen bisa sekolah di Jakarta. Kenapa tidak? Jakarta kan bagus, bisa shopping terus, bisa jalan-jalan ke mana-mana, dan masih banyak lagi banyangan indah aku tentang Jakarta selama ini. Maklumin ajalah, aku kan masih anak kecil *jiahh anak kecil
“Nanti di liatlah nak, kita bicarakan sama papa dan tantemu dulu yang ada di sana” jawab mama.
“Ya mama, ko mesti dibicarain lagi sihh, kan udah janji dari dulu” jawabku sedikit kecewa.
“Iya. .  iya tunggu papa mu pulang dulu” jawab mama singkat
Tak lama berselang terdengar pintu terbuka
“Papa pulang” terdengar suara dari balik pintu
“Papaa…” teriak ku “sini dehh.. duduk di sini” kataku sambil menepuk-nepuk kursi di sampingku
“nihh ma, papanya udah pulang. tanyain dong yang tadi” kataku membujuk mama
“Tanya apa?” kata papa penasaran
“Itu tuhh paah, Tanya aja ama mama” kataku sambil melihat mama
Begitulah dan kamipun membicarakan rencanaku untuk bisa ke Jakarta. Dan akhirnya, mama dan papa setuju.
***
Mama, papa, dan kedua adekku semuanya ada di sini. Yahh, di Bandara Sultan Hasanuddin mengantarkan aku yang hari ini akan berangkat ke Jakarta. Agak sedih juga, saat akan berpisah dengan keluargaku ini. Saat akan memasuki bandara, mataku sudah berkaca-kaca dan pada akhirnya, karena tak kuat menahan tangis, air mataku pun menetes. Menetes di depan banyak orang. Pada saat itu aku tak peduli dengan orang-orang yang melihatku dan menertawaiku. Yang aku tahu, aku tak bisa dipisahkan dengan mereka. Dengan mama, dengan papa, dengan adek-adekku tercinta.
Walaupun berat hati untuk pergi, tetapi aku tetap melangkah meninggalkan mereka semua dan menuju ke ruang tunggu pesawat sendirian. Karena pada saat itu, pengantar tidak boleh masuk ke ruangan. Hanya boleh sampai di luar.
Setelah dua jam limabelas menit berada di dalam pesawat akhirnya sampe juga aku di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta. Akupun berjalan keluar bersama dengan penumpang pesawat yang lainnya. Ternyata, di luar telah menunggu mbah, tante Ani, Om Yono, Om Indra, Ina dan Maris yang datang untuk menjemputku. Mereka semua menyambutku dengan senyum yang ramah dan dengan pembicaraan yang hangat kamipun bergegas pulang ke rumah nenek saya yang lebih sering di panggil mbah. “Hemm.. sambutan yang hangat” gumamku dalam hati
“udah nyampe deh”kata Mbah saat kami semua sudah ada di depan rumahnya.
Kagum, heran, dan bangga bercampur menjadi satu. Rumah Mbah yang sekarang mengalami banyak sekali perubahan. Yang dulunya rumah kecil, sekarang bertingkat dua. Yang dulunya ngak ada apa-apanya sekarang di depan rumahnya berjejer 4 motor dan sebuah mobil sedan putih. Hemm, iyalah banyak perubahan. Terakhir aku ke rumah Mbah kan aku masih kelas 4 SD.
Di rumah ini, Mbah tinggal bersama tante Karina dan anak-anaknya. Gege dan Alin. Dan di sinilah saya bertemu semua sepupuku.
1.   Ina, sepupu yang pertama ini adalah sepupu tertua dari yang lain. Sekarang dia masih duduk di kelas VII SMP. Lebih tepatnya kelas 2 SMP. Tapi, tau ngak. Pacarnya tuh banyak banget. Padahal kalau di bilang yah, orangnya ngak cantik kok. Tapi genit banget. Genit minta ampun.
2.   Maris, yang ini adeknya si Ina. Masih kelas 3 SD. Tapi nakalnya pake banget. Dia itu suka sekali jailin sepupu yang lain. Tapi cengeng banget. Di senggol aja langsung nangis
3.   Jhon, Ini adek ketiga si Ina sama si Maris. Masih bayi sih. Baru tujuh bulanan lah. Anaknya gemesin banget. Ada deket dia itu bawaanya pengen nyium atau cubit dia muluh *hehehe lucu sihh
4.   Gege, sepupuku yang ini pintar banget cari perhatian orang. Selalu nindas adeknya dan selalu buat jengkel mamanya. Masih kelas 6 SD sih tapi kata dan pikirannya itu lebih dewasa dari orang dewasa *upss gimana tuhh. Kalau dewasanya positif mah ngak apa-apa. Tapi kalau ini negative semua
5.   Alin, atau sebut saja dower. Sepupuku yang satu ini memang  rada dower. Tapi manis kok orangya. Suka bercanda sih, tapi  bercandanya kasar. Kadang buat kesel, kadang buat ketawa. Tapi masalah cengeng, sebelas duabelaslah sama si Maris.
Dan sekarang aku berada di antara mereka semua. Pada awalnya, Ina suka membuntutiku. Kemanapun aku pergi, apapun yang aku lakukan, dia selalu ngikut. Bagitu juga sebaliknya. Kemanapun dia pergi dia selalu ngajak saya. Maklumlah, pada saat itu saya ngak tau jalan-jalan di Jakarta jadi kemana-mana mesti di arahin.
Tapi, suatu hari uang aku hilang. Saking keselnya aku ngupdate di facebook aku
“Uangko bisa hilang yah, padahal ngak pernah dibelanjain. Jangan-jangan di ambil tuyul atau ngak babi ngepet nih” ternyata tante Ani membaca statusku tersebut.
“Cya, emang uang kamu hilang? Berapa? Di mana hilangnya?” Tanya tante Ani saat kami semua sedang nyantai bersama di teras rumah.
“Iya tante, ngak banyak sih tapi aneh aja gitu. Kok bisa sih uang sering banget hilangnya, pdahal aku ngak pernah belanjain” kataku agak kesal
“kok bisa? Kalian ada yang ambil tidak uang kak Cya?” Tanya tante Ani ke semua sepupuku
“kalau aku ngak!” jawab Ina jutek. Padahal mamanya kan nanya baik-baik tapi dianya malah jutek gitu jawabnya
“aku ngak” aku juga ngak kata adek adek yang lain saling bersahutan dan kaget karena baru tahu kalau ada yang lagi kehilangan uang
Aku sihh tidak mempermasalahkan uang itu lagi. Tapi entah kenapa, semenjak kejadian itu Ina semakin sering menjauh. Dan bahkan sangat jarang berbicara kepadaku.
” Yahh,, memangnya aku salah apa sama dia?” kataku dalam hati
Mungkin dia tersinggung karena masalah uang itu, tapi aku kan ngak pernah nuduh dia. Trus, kenapa dia mesti tersinggung? Karena sifatnya yang aneh itu, aku mulai berpikir bahwa yang mengambil uangku itu adalah dia. Dan benar saja, mbah dan tante cerita kalau di rumah ini ngak boleh sembarang taro uang. Soalnya si Ina suka nyuri uang buat modalin pacarnya.
“Hha? Modalin pacarnya?” kataku kaget
“Iyalah, map-maap saja nih yahh. Dia kan jauh dari kata cantik, pintar juga ngak. Trus pacarnya banyak. Dia tuh Cuma modal sok kaya aja. Jadi banyak yang suka deket untuk mangfaatin dia” kata tante ku bercerita
Mulai dari situlah perselisihan antara aku dan Ina di mulai. Tak banyak yang aku ingat. Yang jelas, sejak saat itu kami sangat jarang bertegur sapa. Di mana ada dia, aku akan selalu menghindar jauh. Diapun sebaliknya begitu. Saat itu akau hanya seorang diri saja di Jakarta, tak ada mama atau pun papa yang akan selalu membela ku. Berbeda dengan dia. dia selalu mengandalkan mamanya saat berhadapan denganku. Dan menyedihkannya lagi. Aku selalu di pojokkan dalam masalah apapun.
Menangis dan menangis. Yahh… hanya itu yang dapat kulakukan jika aku sedang sendiri. Aku menyesal datang ke Jakarta. Semua bayangan indah yang pernah ku bayangkan akanku dapatkan semua buyar.. sirna dalam sekejap saja. Aku tidak tahan, dan tidak  bisa hiduo di antara mereka  semua. Jadi kuputuskan untuk kembali ke rumah mama dan papaku tercinta. Walaupun berat rasanya, karena tahu mama dan papa pasti akan sangat kecewa.
Walaupun sudah kembali ke orang tua ku, aku tidak mau menceritakan kepada mereka apa yang sudah aku alami selama ini di sana. Aku tidak mau mama dan papa terlibat perselisihan dengan orang-orang yang tidak penting lagi menurutku. Tapi, sepertinya tanpa ku ceritakan mereka sudah tahu jika aku sangat tertekan. Mereka pun mengerti dan tidak memaksa ku untuk kembali lagi ke sana.
Tetap saja aku harus pergi lagi, pergi untuk melanjutkan sekolahku, menuntut ilmu yang lebih dalam lagi. Dan akhirnya, ku putuskan ke Kalimantan. Setidaknya, di sana aku mempunyai keluarga yang baik seperti keluarga ku di sini. Dan benar saja, setelah berada di pulau yang satu ini, aku tidak pernah menangis lagi seperti dulu. Aku hanya akan focus untuk menyelesaikan kuliah ku saat ini. Aku tidak mau mengecewakan mama dan papa ku lagi untuk yang kedua kalinya. Yang ku mau adalah menyenangkan hati mereka suatu saat nanti. Aku ingin suatu hari ini mereka akan dengan bangganya bercerita kepada semua orang ketika aku sudah berhasil, bahwa dia adalah anakku. Aku ingin suatu saat nanti  mama dan papa tidak di anggap remeh lagi oleh orang lain. Dan yang paling penting adalah aku ingin menunjukan kepad mereka yang dulu meremehkan ku bahwa aku tidak seburuk yang mereka kira. Hey kalian yang ada di pulau sana, tunggu CYA berhasil yah!!!
karya : Banne



Rabu, 10 September 2014

Cerpen “Salah Duga Classmate”


This is a little story about classmate…
“aku merindukanmu, merindukan hari ini cepat berlalu.. agar esok hari aku bisa melihat dirimu di sana” kurang lebih begitulah status di facebook Aris anak IPA 1 yang membuat geger teman-teman sekelasnya. Aris adalah anak yang lumayan bandel, kasar, suka menganggu teman terutama anak perempuan dalam kelas. Tak ada satupun anak perempuan dalam kelas yang belum pernah kena ocehan kasar si Ari. Sehingga siapa yang menyangka kalau ternyata Aris menyukai salah satu anak perempuan di dalam kelas.
Di pojokan kelas terlihat kumpulan anak perempuan duduk membentuk lingkaran. Yahh benar, ngapain lagi kalau bukan ngegosip.
“ehh ehh, kalian baca status terbaru Aris tidak tadi malam?” kata Megy membuka pembicaraan.
“Status apa? Kata Virgi penasaran
“yahh biasa lahh, tentang Clasmate itu lagi.. siapa sihh cewek itu? Aku jadi penasaran” kata Megy lagi
“iya yahh.. siapa sihh yang di suka sama si Ari? ngebuat si Ari ngefly terus. sampai-sampai buat status lebay setiap hari”Kata Dwi menimpali
Begitulah percakapan tersebut terus berlanjut, sampai kedatangan guru matematika membubarkan mereka semua.
Malamnya, Ari kembali mengupdate status tentang classmatenya itu. Kali ini statusnya mengarah ke satu orang, tapi tidak menyebutkan nama. Keesokan harinya, terlihat lagi anak-anak perempuan sedang berbisik-bisik membicarakan classmate Ari tersebut. Beberapa dugaan pun mulai muncul. Beberapa anak perempuan jadi korban gosip karenanya.
“Jangan-jangan classmatenya Ari itu si Wahyuni.. kan Ari sama Wahyuni sering keliatan dekat” kata Megy
“Bisa jadi itu, Ari kan baik banget sama si Wahyuni” kata Dwi
“atau jangan-jangan si Ratu” kata Juwinda menimpali
“kok bisa Ratu?” Tanya Megy
“kan Ari sering gangguin Ratu. si Ari juga jarang tuhh marahin Ratu ngak kaya kalau lagi bicara sama kita” jawab Juwinda.
Hari berlangsung hari, anak-anak IPA 1 semakin penasaran siapa sih classmate itu sebenarnya. Sampai suatu hari di jam olaragah Megy, Tessa, Wahyuni, dan Virgi gosipin si Ari kalau classmatenya Ari itu Anggi. Mereka begitu yakin karena status terakhir Ari menyebutkan akan cepat datang sekolah supaya bisa bertemu dengan classmatenya. Anak-anak menduga Anggi adalah classmate Ari karena Anggi adalah anak yang paling sering cepat datang di dalam kelas. Saking asyiknya bergosip mereka tidak menyadari kalau ternyata Anggi mendengarkan percakapan mereka tentang dirinya dari belakang. Tapi, Anggi berusaha untuk bersikap biasa-biasa aja dan masih pura-pura tidak tahu kalau teman-teman sekelasnya menyangka dia adalah classmate si Ari. Anggi juga tidak begitu yakin kalau dia adalah classmatenya Ari karena dia dan Ari sering bahkan sangat sering bertengkar. Anggi juga tidak senang kalau dia di gosipkan dengan Ari. Karena pada dasarnya Anggi sama sekali tidak menyukai Ari.
Anak-anak terus berbisik-bisik tentang Anggi. Walaupun Anggi tahu apa yang di gosipkan temannya itu, ia diam saja dan pura-pura tidak tahu. Hingga suatu hari, Megy membawa kabar yang lain lagi. Ia bercerita kalau Ari sering kirimin dia smz dan nembak dia. Banyak anak-anak yang tidak menduga, apalagi selama ini Megy yang sering bercerita tentang classmatenya Ari. Tapi, karena Megy menolak Ari. Ari menjadi marah, ia mngancam agar berita kedekatannya dengan Megy jangan sampai diketahui oleh anak-anak sekelas. Tapi Megy tetap saja menceritakannya semuanya.
Lama-kelamaan anak IPA 1 mulai sadar, ternyata Ari nembak Megy hanya untuk mengurangi gosip tentang classmatenya. Dan usahanya itu berhasil. Entah karena bosan atau karena apa, anak-anak IPA 1 sudah sangat jarang membicarakan hal tersebut
 ***
Tak terasa setahun telah berlalu, kini anak IPa 1 telah beranjak mencari tempat kuliah masing-masing. Dan di saat seperti ini, gosip classmate itu kembali lagi muncul dan ramai di perbincangkan di grup facebook IPA 1. Itu karena Elia, mengupload sebuah foto yang mengejutkan. Foto itu adalah foto classmatenya Ari yang selama ini buat penasaran. Cewek itu adala Febri. Sungguh di luar dugaan. Di foto itu, telihat Feby sedang mengenakan baju yang di berikan Ari, foto Feby sedang duduk bersama Ari, dan foto Ari sedang merangkul bahu Feby. Ternyata semua cewek yang jadi korban gosip anak IPa 1 selama ini salah semua. Mulai dari Wahyuni, Ratu, Anggi dan Megy hanyalah korban gosip saja. Walaupun sudah terungkap siap classmate sebenarnya, tapi itu tidak merubah apapun juga karena baik Ari maupun Feby sama-sama sudah punya pacar. Hahaaha.. jadilah memory SMA itu hanya menjadi kenangan saja.

Experience “SUSAHNYA MENCARI TEMPAT KULIAH”



Jadi anak kuliahan.. yahh, setiap lulusan SMA pasti akan memikirkan tentang nasib selanjutnya akan kuliah di mana. Sama seperti yang saya alami saat ini. Pada awalnya, saya sudah berencana bahkan sudah merencanakannya jauh-jauh hari bahwa suatu saat nanti, saya mau menjadi pramugari. Tapi, apa boleh buat.. setelah berhasil lulus di suatu tempat pelatihan pramugari yang lumayan bagus, malah bapak tidak mengijinkan. Bisa di bayangkan betapa sedihnya ketika harapan kita yang sudah di depan mata, hilang begitu saja L
Saya pribadi sangat tertarik dengan dunia penerbangan.  Setelah gagal menjadi pramugari, saya masih berpikir suatu saat bisa bekerja di salah satu bandara di dunia ini, baik itu itu di Indonesia atau di luar negeri sekalipun. Beberapa orang menyarankan saya untuk sekolah di STPI CURUG ((skefo: stpi curug adalah sebuah sekolah penerbangan terbaik se Indonesia)). tentunya saya tidak buang-buang kesempatan. Setelah berhasil melakukan pendaftaran online saya mempersiapkan diri untuk mengikuti tes tersebut. Mulai dari latihan akademik sampai latihan fisik. Saya mengumpulkan semua soal yang saya dapat tentang STPI CURUG, dan berlatih untuk mengerjakannya. Setiap pagi, saya harus bangun pagi untuk latihan lari melatih otot untuk tes fisik. Keringat yang bercucuran tidak memadamkan semangat saya untuk tetap berlatih dan berlatih, demi untuk bisa menjadi salah satu taruni Curug.
Hari lepas hari, tespun semakin dekat saja. Ketika memasuki wilayah tes saya sempat gugup melihat banyaknya peserta yang akan mengikuti tes. Walaupun sempat gugup tapi saya berhasil melalui tes tersebut. Saya pulang dengan perasaan agak lega. Karena satu hal lagi sudah terlewatkan.
PENGUMUMAN:: yahh, hari yang ku tunggu-tunggu ini ternyata membawa hasil yang tidak baik bagi saya. Dari sepuluh ribu lebih peserta tes hanya seribuan yang berhasil di terima di seleksi tahap pertama. Dan itu bukan saya L betapa kecewanya saya setelah mengetahui bahwa usaha yang telah saya lakukan selama ini, berakhir sampai di sini. ((saya bahkan sempat nangis lohh, walaupun itu harus sembunyi di toilet. Soalnya malu kalau di lihat anak kecil.haha_ *sttt jangan bilang-bilang lo yahh))
Karena terlalu focus ke STPI CURUG, saya tidak sempat mengurus jalur untuk masuk kuliah lainnya yaitu SNMPTN dan SBMPTN ((padahal saya sudah mencetak kartu tanda peserta SNMPTN *ceroboh sekali bukan??))
Saya bingung harus lanjut kemana lagi, saya tidak sempat memikirkan sekolah lain selama ini. Hingga suatu saat tante saya mendaftarkan saya ke sekolah penerbangan swasta UNSURYA. Awalnya saya lumayan yakin bahwa UNSURYA akan menjadi tempat terakhir saya, tapi ternyata karna satu dan lain hal, ternyata dugaan saya itu salah.
Saya juga sempat di bingunkan oleh orang di sekitar saya yang menyarankan saya untuk mengambil kesehatan saja. Tapi hati kecil saya menolak. Bukan karena apa, tapi karna sama sekali tidak berbakat dan tidak berminat di hal tersebut.
Suatu hari, om saya dari Kalimantan mengajak saya untuk sekolah di tempat kerjanya yang tidak lain adalah Politehnik Negeri Samarinda ((bahasa kerenya POLNES)). Karena saya sudah sangat  bingung mau kuliah di mana, mau tidak mau saya berangkat ke sana. And now, here I am. Berada di negeri orang mengadu nasib mencari tempat sekolah ((jiahaha.. macam lagu saja)). Belum tahu bagaimana nasib saya selanjutnya, doakan saja supaya saya bisa lulus yahh di tempat yang satu ini J I love u alL…